Rabu, 25 November 2015

Ojok Drama, Mon

“Ojok drama, Mon!”. Itu kata yang lagi ada di otak saya sekarang. Kata yang diucapkan teman saya. “Ojok drama Mon, nangis ya udah nangis, sedih ya sedih, marah ya marah, tapi ya udahlah, cowok juga ada semilyar di dunia ini, bukan dia doang. Kamu masih punya kehidupan!”. Akhirnya saya berpikir ya udahlah, toh saya menyertakan-Nya dalam keputusan saya untuk mengakhiri hubungan saya, daripada melanjutkan tapi keadaannya nggak membaik. Semoga ini yang terbaik.

Saya yakin kita selalu berdoa untuk dipilihkan yang terbaik, dan ketika kami semakin nggak jelas, bisa jadi saya bukan yang terbaik untuk dia, begitu juga dia, bukan yang terbaik untuk saya. Bisa jadi juga saya penghalang bagi pertemuan dia dengan jodohnya yang sebenarnya.

Ngrasa gagal? Pasti.

Ngrasa amburadul? Pasti.

Ngrasa males jatuh cinta lagi? Pasti.

Ngrasa butuh orang-orang yang bisa nemenin? Pasti.

Ngrasa rendah diri? Pasti. Saya belum lulus, saya belum settled di karir, saya belum matang di sikap, dan saya baru gagal dalam hubungan.

Tapi ya udahlah, dinikmati aja. Semua ada waktunya. Sekarang waktunya saya belajar nata hidup lagi, belajar mencintai diri sendiri terlebih dahulu.

Untuk kalian yang mungkin juga baru gagal dalam hubungan, it's ok to galau, tapi dramalah secukupnya aja, nggak usah banyak-banyak, rencana-Nya pasti indah kok :) #selftalk

Senin, 16 November 2015

Pray for Our World

Turut berduka cita untuk Paris, Jepang, Beirut, dan tempat-tempat lain yang sedang terkena bencana ya. Semoga semuanya segera membaik dan nggak ada bencana-bencana lain di muka bumi ini. Aamiin.



Sejujurnya, mungkin doa-doa mereka yang tulus mendoakan tempat-tempat yang sedang terjadi bencana itu agak terganggu ya. Orang yang mau bersimpati juga jadi pikir-pikir. Masalahnya gini, di path, di instagram, facebook, dan sosmed yang lain lagi full sama perbandingan bencana yang (menurut saya) nggak etis aja. Sekali lagi. Menurut saya.

Ada yang bilang gini.
“Kenapa pas Paris yang kena bencana, kamu langsung ganti profpic?”

Tidak sedikit juga dari mereka yang mengatakan, “Pas Indonesia kena kabut asap, kalian kok nggak ganti profpic?”, “Kalian kok nggak seheboh ini pas Gaza kena bencana?”

Padahal jawabannya juga simple.
Jawabannya : Karena memang itu yang saat ini disediakan oleh sang sosmed

NAH!!!

Sekali lagi, pada saat bencana-bencana sebelumnya, nggak ada fasilitas untuk ganti profpic. Kemudian, marilah kita berpikir. Bentuk simpati bukan hanya dengan ganti profpic kan?!

Kalau kita nggak ganti profpic, tapi pada saat itu nyumbang dana atau bahkan jadi volunteer pas Indonesia kena kabut asap, apa kita harus ngasih pengumuman? Kalau kita pada saat itu berdoa dengan sangat amat kepada Gaza, apa kita juga harus ngasih pengumuman?

Stop ngjudge dan banding-bandingin deh ya Guys. Kita bareng-bareng aja berdoa untuk semua tempat yang terkena bencana saat ini dan semoga ini tidak lagi terjadi di kemudian hari. Itu harapan saya.

Ada satu harapan lagi sih, semoga ini nggak disangkutpautkan dengan agama Islam karena saya yakin tiap agama itu baik, termasuk Islam. Kalaupun ada peperangan, terorisme, atau apapun, pelakunya mungkin nggak punya agama J