Maaf kalau blog ini lama-lama isinya drama dan curhatan.
Rasanya saya nggak sanggup menuangkan di lagu. Kebanyakan suntuk yang ditahan.
Kebanyakan. Kalau lagi pegang pulpen sama kertas dan mau nulis lirik, yang ada
malah pulpennya terlempar atau kertasnya basah kena air mata. Saya belum
sanggup. Saya cuma sanggup cerita. Maaf kalau saya mengeluh. Tuhan, maaf kalau
saya sering cerita dan mengeluh akhir-akhir ini.
Kalau tentang hari ini, intinya, saya sadar saya nggak
pernah sanggup ditinggal. (Mungkin saya pernah cerita sebelumnya ya...)
Pas saya umur 3 tahun, papa ke Dili, dan saya nangis
berhari-hari. Itu artinya, sejak kecil saya nggak pernah kuat sama perpisahan.
Yang baru-baru ini, Zipo, orang yang sempet jadi musuh
kemudian sahabat, 1 tahun di kantor bareng, tiba-tiba harus sekolah ke Kanada.
Saya bahagia. Sangat bahagia. Tapi pasti sedih karena ditinggal. Banget.
Nangis? Iya. Di depan dia nangis? Enggak. Sepulang nganter dia ke airport saya
nangis kejer.
Yang hari ini, Senja, orang yang menurut saya jadi malaikat
banget. Malaikat yang dikirim Tuhan untuk tinggal di rumah saya dan orang yang
nemenin saya sejak saya galau, putus, sampai masih stres hari ini. Dia nikah 4
hari lagi. Saya bahagia. Sangat bahagia. Saya nggak sabar datang ke nikahannya.
Tapi pasti sedih karena ditinggal. Banget. Nangis? Iya. Di depan dia nangis?
Enggak. Sepulang nganter dia ke terminal saya nangis kejer sampe ketiduran.
Yang sebentar lagi, Mas Aldy, kakak satu-satunya. Dia bakal
nikah kurang dari sebulan lagi. Saya bahagia. Sangat bahagia. Tapi pasti sedih
karena akan ditinggal. Banget. Kalau dia tinggal di rumahnya sendiri sama
istrinya, saya akan ada di rumah yang saat ini saya tinggali sendirian. Nggak
sendirian juga sih, mungkin saya ada temannya, tapi bukan orang deket.
Trust me, ini rasanya lebih dari sekedar patah hati. Sayang
banget sama orang yang deket dan udah kamu anggap saudara kemudian harus
membiasakan diri berpisah itu rasanya lebih dari sekedar patah hati. Sumpah.
Lebih dari sekedar patah hati. Sekali lagi. Lebih dari sekedar patah hati.
Hai. Its me "yaudah sih".
BalasHapusBoleh sedih tapi porsi bahagianya lebih banyak ya.
Hai. Its me "yaudah sih".
BalasHapusBoleh sedih tapi porsi bahagianya lebih banyak ya.
Siyapp. As soon as possible :D
HapusSiyapp. As soon as possible :D
Hapus